Minggu, 04 September 2016

Tetandingan Banten

BYAKALA (BYAKAONAN)

Pada umumnya, upakara byakala dipergunakan sebagai manggala (upacara pendahuluan), selaku upacara penyucian, baik untuk unsur Bhuana Agung maupun Bhuana Alit. Tujuannya mencapai keseimbangan antara lahir dan bhatin. Secara niskala, untuk menghilangkan kekuatan-kekuatan buruk bhuta kala serta mengembalikan ke sumbernya dan tidak mengganggu jalannya upacara.

Berikut ini tetandingan Banten Byakala :
·         Alasnya memakai sebuah sidi (ayakan bambu)
·         di atasnya diletakkan sebuah kulit sasayut dari slepan/daun kelapa warnanya hijau
·         ditempeli kulit peras dari daun pandan berduri.
·         Di atasnya diletakkan nasi matimpuh, nasi matajuh, penek hamong disisipi bawang merah, jahe, terasi mentah
·         disertakan sampian nagasari dari daun andong merah berisi plawa, porosan, bunga, rampe dan boreh miyik.
·         Pada sekitarnya diletakkan isuh-isuh alasnya memakai ceper berisi sebutir telur ayam mentah, sapu lidi, sabet yaitu serabut kelapa dijepit dengan lidi dibelah, base-tulak, satu takir ramuan dari daun lalang, dadap, kayu tulak, kayu sisih ditumbuk, amel-amel alasnya memakai ituk-ituk berisi tiga lembar daun dadap, tiga pucuk dadap, padang lepas, seet mingmang dibuat dari 3 lembar ujung daun lalang diikat, dan semuanya itu disatukan lagi lalu diikat dengan benang tridatu (putih, merah, hitam).
·         Sasak mentah alasnya memakai limas atau kau bulu (tempurung kelapa) berisi 3 pulung nasi, di atasnya diisi basa/bumbu dirajang disiram darah mentah dilengkapi dengan canang pabersihan, sorohan alit, panyeneng dan lis byakala, tatimpug, dan sebuah kekeb didalamnya berisi tampak dara serta satu ikat daun kelapa kering (danyuh).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv0GHddCiUCEExG_5whOVv6sg-3lw-Yalu86GcrC-GxGBw_AjnchvxagLtTsOAx_AzC6TSC6yCpXY7GWa-74xYsbgAytGyk4JFPzVsRQRlRROuGxBlnyIUpbVAsHozsrFUPEcDQA3hXrs/s1600/byakala.jpg




KWANGEN

Pada prinsipnya kwangen merupakan simbolis Ongkara, oleh karena itu sering dipakai sebagai alat memuja Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, dalam wujud Ardanareswari, yang sangat disakralkan oleh umat Hindu Dharma. Kwangen sebagai perlengkapan sembahyang, dapat dipergunakan pada upakara-upakara Panca Yadnya, dalam menjalankan Srada Bhakti pada Dewa, Resi, Manusia, Pitara, maupun Bhuta baik sebagai sarana muspa maupun sebagai Lingga/Stana.

Bahan-bahan yang dipergunakan adalah daun pisang, Janur/busung, Uang Kepeng, Porosan, Pelawa, Bunga warna-warni.

Cara membuatnya :
  • Tatwasan jejahitan sebagai kerangka dasar (daun pisang)
  • Buatlah kojong dari daun pisang dan dijahit dengan semat 
  • Kojong tersebut dipotong agak miring
  • Daun Sirih yang sudah diisi  kapur dan buah (jambe) dibagian tengahnya
  • Kemudian daun sirih tersebut digulung seperti gulungan rokok dan diikat dengan benang banten
  • Daun/Plawa sebagai dasar dimasukkan kedalam kojong, demikian pula porosannya. 
  • Buatlah cili dari janur kemudian masukkan dalam kojong setelah porosan
  • Lanjutkan dengan hiasan bunga aneka warna
  • Jepitkan 2 buah uang kepeng pada bagian akhir (bagian depan)
  • Terwujudlah menjadi kwangen


CANANG PEBERSIHAN/PASUCIAN

Alasnya memakai ceper atau taledan maplekir, di atasnya berisi tujuh (7) buah tangkih atau celemik, masing-masing diisi :

  1. Ambuh yaitu bahan keramas berupa daun pucuk diiris atau kelapa diparut.
  2. Sigsig yaitu jajan begina dibakar hingga gosong.
  3. Tepung beras putih atau kuning.
  4. Asem diambilkan dari seiris buah-buahan masam.
  5. Tepung tawar (dibuat dari tepung dicampur kunir, daun dadap ditumbuk).
  6. Minyak rambut atau minyak wangi.
  7. Wija/Bija dibuat darin beras dicuci dengan air cendana.
Di atasnya dilengkapi dengan sebuah canang Payasan, sejenis canang Genten yang uras sarinya dibuat lebih khusus. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqDjo_2erfwIho_8BUICw9nle5tqPs93-Yck3WRd6oXJWIatDKnOFZw-o2hBtROBATqYxC6MNXF5waV5X-AUxVwepmH4YZjKTVzoljuCDGAHYAw955iQ7C1oev7G0_qXofRQAbfUpipcs/s1600/pabersihan.jpg

SOROHAN
Sorohan kerap digunakan dalam setiap upacara Panca Yadnya, termasuk melengkapi prasita, biyakaonan, pengulapan dan banten lainnya. Sorohan ada dua (2) jenis, yaitu :
  1. Sorohan Banten, terdiri dari banten Danan, Peras, Tulung dan Sasayut. Keempatnya diikat menjadi satu. 
  2. Sorohan Alit terdiri dari banten Peras, Tulung dan Sasayut. Ketiganya diikat menjadi satu. Bedanya dengan Sorohan Banten adalah tidak menggunakan banten Danan.
Penjelasan banten :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVM0Q3-mp9t64oCC622hkViBGkRZ-H_UIg5a8H2azgL9dZphZaBNsb0PJwonF9UpQYrf-rImQsSNgKc_9owx7QxXMXEbOjAcxLc39jRosv2vsMGp3GRuOw-uaQ-DXJBt7TUfcNwxrmBtg/s1600/sorohan+banten.jpg

Tulung
Alasnya memakai sebuah ituk-ituk, di dalamnya berisi 3 (tiga) buah tulung masing-masing berisi nasi, rarasmen, raka-raka dan sebuah sampyan plaus maakit, berisi porosan, bunga dan rampe.

Sasayut

Alasnya dari ituk-ituk memakai kulit sasayut, di atasnya berisi nasi, rarasmen, raka-raka dan sebuah sampyan nagasari berisi porosan, bunga dan rampe.




BANTEN PENGULAPAN
Setiap membeli rumah baru atau ketika mengalami kecelakaan, umat Hindu membuat banten pengulapan tujuannya untuk ngulapin atau menghindari supaya kecelakaan tersebut tidak terulang kembali.
 Isi Banten Pengulapan:
·         Dasarnya adalah taledan diisi kulit peras,
·          tumpeng kecil 11 buah,
·          tulung 3 buah diisi nasi,
·          sayut kecil 2 buah berisi nasi pulung yang satu 3 biji dan satunya lagi 2 biji,
·          tangkih 5 buah diisi kacang sayur,
·         base tampin 1,
·          ituk-ituk 1 buah diisi nasi sasah,
·         sampian plaus 1, daksina 1,
·         tipat kelanan 1 kelan/6 buah tipat.
·          Canang payasan/pebersian,
·          lis peselan,
·         padma,
·         sampian nagasari berisi sesedap tepung tawar,
·         penyeneng,
·          sampian pusung 2,
·          1 payuk pere.
·         Semua dijadikan satu pada tempeh/ngiu.

TEBASAN DURMANGGALA
Tebasan Durmanggala Perlengkapan jajahitannya memakai janur kelapa hijau demikian pula "duwegan" yaitu bungkak kelapa hijau.
·         Alasnya memakai tempeh, boki atau nare.
·         Di atasnya diletakkan sebuah kulit tebasan lalu diisi sebuah tumpeng (putih atau poleng yaitu hitam putih).
·         Pada tumpeng disisipi bawang merah jahe dan terasi mentah.
·         Disebelah menyebelahnya dilengkapi raka-raka juga
·         rerasmen 3 celemik dan rujak 1 takir.
·         Di atas semuanya itu diletakkan sebuah sampyan nagasari berisi porosan, bunga, rampe.
·         Pabersihan,
·          Canang Genten, Canang Burat Wangi Lenga Wangi, Canang Sari,
·          Lis,
·         Padma,
·         Daksina dilengkapi dengan benang tukelan dan uang sasari 225 kepeng,
·         Peras,
·         Soda,
·          Toya anyar,
·         bungkak nyuh gadang : air kelapa muda hijau/duwegan

·          Tirtha dari Sulinggih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar