Senin, 05 September 2016

UPAKARA & AGAMA " Galungan dan Kuningan"

OM Swastiastu

GALUNGAN DAN KUNINGAN

Galungan adalah hari besar bagi Umat Hindu di Bali, yang datangnya  setiap 610 (enam ratus sepuluh ) hari sekali, yaitu pada Wuku Dungulan, tepatnya pada hari Rabu / Buda Kliwon Dungulan, yang mana semua umat Hindu merayakan hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Perayaan ini dimulai dari 3 hari sebelum Galungan yaitu :
-       Hari Minggunya disebut Penyekeban,
-       Hari Seninnya disebut Penyajan,
-       Hari selasanya disebut hari Penampahan,

Di Bali, khususnya di Denpasar, Galungan dirayakan dengan ditandai berbagai kesibukan bagi setiap keluarga dengan menyiapkan Upakara dan Upacara yang tidak sedikit menghabiskan biaya, namun semua dilaksanakan dengan ikhlas. Tidak sedikit semua sarana dan prasarana telah siap 3 hari sebelum Galungan, seperti sesajen yang akan kita persembahkan pada hari Suci ini, Sehari sebelum Galungan disebut dengan Penampahan,   Sesajen pada umumnya dipersiapkan oleh para ibu-ibu yang dibantu oleh keluarga, bagi bapak-bapak dibantu oleh kakak laki-laki mempersiapkan penyelenggaraan nampah atau mengolah daging menjadi lawar yang akan kita nikmati bersama-sama keluarga  dengan rasa bersyukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa,  setelah semua selesai menikmati, dilanjutkan dengan membuat penjor secara bersama-sama yang akan dipasang atau ditancapkan didepan rumah sebelah kanan, dan dilengkapi dengan sanggah cucuk untuk menghaturkan sesajen yang tujuan nya kita berterima kasih pada alam semesta, dimana penjor dibuat dari bambu yang dihiasi dengan janur, plawa, pala bungkah, pala gantung, Kelapa, Pisang, kiping, tebu, dan lekesan. Senang tak terkira terasa hari seperti itu yang mana keasrian alam ditambah dengan aneka ragam perhiasan penjor, menambah semarak dan bebunga-bunga hati menyambut hari kemenangan ini, setelah semua dilakukan dengan seksama dan berdasarkan hati yang tulus ikhlas, tak terasa  telah  sampai pada hari yang kita nanti-nantikan yaitu Galungan.
Pagi-pagi setelah kita membersihkan diri dengan hati yang tenang dan senang  bersama-sama dengan  keluarga mengadakan persembahyangan untuk memohon keselamatan, kesehatan dan panjang umur Kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Juga memohon kenyamanan dan keamanan bagi Bangsa dan Negara ini. Besoknya atau setelah Galungan disebut hari Umanis Galungan, Pagi-pagi kita dan keluarga sudah menyucikan diri dan natab banten penyasap galungan, dimana sesajen yang telah kita haturkan dihari galungan itu kita pakai natab bersama, barulah kita mengunjungi sanak keluarga ( Mesima karma ) dengan melakukan salaman  minta maaf dan saling memaafkan diantara semua yang kita kenal, sehingga tali kekeluargaan dan persahabatan terjalin erat dan perasaan tiada terbebani oleh pemikiran yang tidak baik. ( Hilangkan sifat yang tidak terpuji dan merajut hari-hari dengan berbuat kebaikan atas dasar Dharma dan Agama ).
Sepuluh hari setelah Galungan disebut Kuningan, yaitu jatuh pada Wuku Kuningan, tepatnya hari Sabtu Kliwon, sehari sebelum kuningan, disebut hari penampahan Kuningan, tidak beda dengan hari penampahan Galungan (Nampah Sarwa Wewalungan),  Namun bedanya dihari penampahan ini olah-olahan selain lawar kita wajib bikin Calon dan Ulam Tebog, Pada hari Kuningan ini kita memanjatkan doa dan melakukan persembahyangan juga  menghaturkan sesajen   dengan nasi tumpeng berwarna kuning, ditambah aras-arasan sayur urab dan ulam tebog (Be Tebog), begitu juga untuk kelengkapan sarana upakara nya  ditambah, Tamiang, Kompek Tulang lindung menurut Desa Kala Patra.
Disaat merayakan hari – hari itu tak terkira rasa senang menyelimuti hati dalam kebersamaan merayakan hari kemenangan.

OM Santih, Santih, Santih OM
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar