BYAKALA (BYAKAONAN)
Pada umumnya, upakara byakala
dipergunakan sebagai manggala (upacara pendahuluan), selaku upacara penyucian,
baik untuk unsur Bhuana Agung maupun Bhuana Alit. Tujuannya mencapai
keseimbangan antara lahir dan bhatin. Secara niskala, untuk menghilangkan
kekuatan-kekuatan buruk bhuta kala serta mengembalikan ke sumbernya dan tidak
mengganggu jalannya upacara.
Berikut ini tetandingan Banten
Byakala :
·
Alasnya memakai sebuah sidi (ayakan
bambu)
·
di atasnya diletakkan sebuah kulit
sasayut dari slepan/daun kelapa warnanya hijau
·
ditempeli kulit peras dari daun
pandan berduri.
·
Di atasnya diletakkan nasi matimpuh,
nasi matajuh, penek hamong disisipi bawang merah, jahe, terasi mentah
·
disertakan sampian nagasari dari
daun andong merah berisi plawa, porosan, bunga, rampe dan boreh miyik.
·
Pada sekitarnya diletakkan isuh-isuh
alasnya memakai ceper berisi sebutir telur ayam mentah, sapu lidi, sabet yaitu
serabut kelapa dijepit dengan lidi dibelah, base-tulak, satu takir ramuan dari
daun lalang, dadap, kayu tulak, kayu sisih ditumbuk, amel-amel alasnya memakai
ituk-ituk berisi tiga lembar daun dadap, tiga pucuk dadap, padang lepas, seet
mingmang dibuat dari 3 lembar ujung daun lalang diikat, dan semuanya itu
disatukan lagi lalu diikat dengan benang tridatu (putih, merah, hitam).
·
Sasak mentah alasnya memakai limas
atau kau bulu (tempurung kelapa) berisi 3 pulung nasi, di atasnya diisi
basa/bumbu dirajang disiram darah mentah dilengkapi dengan canang pabersihan,
sorohan alit, panyeneng dan lis byakala, tatimpug, dan sebuah kekeb didalamnya
berisi tampak dara serta satu ikat daun kelapa kering (danyuh).
KWANGEN
Pada prinsipnya kwangen merupakan
simbolis Ongkara, oleh karena itu sering dipakai sebagai alat memuja Sang Hyang
Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, dalam wujud Ardanareswari, yang sangat
disakralkan oleh umat Hindu Dharma. Kwangen sebagai perlengkapan sembahyang,
dapat dipergunakan pada upakara-upakara Panca Yadnya, dalam menjalankan Srada
Bhakti pada Dewa, Resi, Manusia, Pitara, maupun Bhuta baik sebagai sarana muspa
maupun sebagai Lingga/Stana.
Bahan-bahan yang dipergunakan adalah
daun pisang, Janur/busung, Uang Kepeng, Porosan, Pelawa, Bunga warna-warni.
Cara membuatnya :
- Tatwasan jejahitan sebagai kerangka dasar (daun pisang)
- Buatlah kojong dari daun pisang dan dijahit dengan
semat
- Kojong tersebut dipotong agak miring
- Daun Sirih yang sudah diisi kapur dan buah (jambe)
dibagian tengahnya
- Kemudian daun sirih tersebut digulung seperti gulungan
rokok dan diikat dengan benang banten
- Daun/Plawa sebagai dasar dimasukkan kedalam kojong,
demikian pula porosannya.
- Buatlah cili dari janur kemudian masukkan dalam kojong
setelah porosan
- Lanjutkan dengan hiasan bunga aneka warna
- Jepitkan 2 buah uang kepeng pada bagian akhir (bagian
depan)
- Terwujudlah menjadi kwangen
CANANG PEBERSIHAN/PASUCIAN
Alasnya memakai ceper atau taledan maplekir, di atasnya
berisi tujuh (7) buah tangkih atau celemik, masing-masing diisi :
- Ambuh yaitu
bahan keramas berupa daun pucuk diiris atau kelapa diparut.
- Sigsig yaitu
jajan begina dibakar hingga gosong.
- Tepung beras
putih atau kuning.
- Asem diambilkan
dari seiris buah-buahan masam.
- Tepung tawar
(dibuat dari tepung dicampur kunir, daun dadap ditumbuk).
- Minyak rambut
atau minyak wangi.
- Wija/Bija
dibuat darin beras dicuci dengan air cendana.
Di atasnya dilengkapi dengan sebuah canang Payasan, sejenis
canang Genten yang uras sarinya dibuat lebih khusus.
SOROHAN
Sorohan kerap digunakan dalam setiap
upacara Panca Yadnya, termasuk melengkapi prasita, biyakaonan, pengulapan dan
banten lainnya. Sorohan ada dua (2) jenis, yaitu :
- Sorohan Banten, terdiri dari banten Danan,
Peras, Tulung dan Sasayut. Keempatnya diikat menjadi satu.
- Sorohan Alit terdiri dari banten Peras,
Tulung dan Sasayut. Ketiganya diikat menjadi satu. Bedanya dengan Sorohan
Banten adalah tidak menggunakan banten Danan.
Penjelasan banten :
Tulung
Alasnya
memakai sebuah ituk-ituk, di dalamnya berisi 3 (tiga) buah tulung masing-masing
berisi nasi, rarasmen, raka-raka dan sebuah sampyan plaus maakit, berisi
porosan, bunga dan rampe.
Sasayut
Alasnya dari ituk-ituk memakai kulit sasayut, di atasnya berisi nasi, rarasmen, raka-raka dan sebuah sampyan nagasari berisi porosan, bunga dan rampe.
BANTEN PENGULAPAN
Setiap membeli rumah baru atau ketika
mengalami kecelakaan, umat Hindu membuat banten pengulapan tujuannya untuk
ngulapin atau menghindari supaya kecelakaan tersebut tidak terulang kembali.
Isi
Banten Pengulapan:
·
Dasarnya adalah taledan diisi
kulit peras,
·
tumpeng kecil 11 buah,
·
tulung 3 buah diisi nasi,
·
sayut kecil 2 buah berisi nasi pulung yang
satu 3 biji dan satunya lagi 2 biji,
·
tangkih 5 buah diisi kacang sayur,
·
base tampin 1,
·
ituk-ituk 1 buah diisi nasi sasah,
·
sampian plaus 1, daksina 1,
·
tipat kelanan 1 kelan/6 buah
tipat.
·
Canang payasan/pebersian,
·
lis peselan,
·
padma,
·
sampian nagasari berisi sesedap
tepung tawar,
·
penyeneng,
·
sampian pusung 2,
·
1 payuk pere.
·
Semua dijadikan satu pada
tempeh/ngiu.
TEBASAN DURMANGGALA
Tebasan Durmanggala Perlengkapan jajahitannya
memakai janur kelapa hijau demikian pula "duwegan" yaitu bungkak
kelapa hijau.
·
Alasnya memakai tempeh, boki
atau nare.
·
Di atasnya diletakkan sebuah
kulit tebasan lalu diisi sebuah tumpeng (putih atau poleng yaitu hitam putih).
·
Pada tumpeng disisipi bawang merah jahe dan
terasi mentah.
·
Disebelah menyebelahnya
dilengkapi raka-raka juga
·
rerasmen 3 celemik dan rujak 1 takir.
·
Di atas semuanya itu diletakkan
sebuah sampyan nagasari berisi porosan, bunga, rampe.
·
Pabersihan,
·
Canang Genten, Canang Burat Wangi Lenga Wangi,
Canang Sari,
·
Lis,
·
Padma,
·
Daksina dilengkapi dengan
benang tukelan dan uang sasari 225 kepeng,
·
Peras,
·
Soda,
·
Toya anyar,
·
bungkak nyuh
gadang : air kelapa muda hijau/duwegan
·
Tirtha dari Sulinggih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar