GALUNGAN DAN KUNINGAN
Galungan adalah hari besar
bagi Umat Hindu di Bali, yang datangnya
setiap 610 (enam ratus sepuluh ) hari sekali, yaitu pada Wuku Dungulan,
tepatnya pada hari Rabu / Buda Kliwon Dungulan, yang mana semua umat Hindu merayakan
hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Perayaan ini dimulai dari 3 hari
sebelum Galungan yaitu :
-
Hari
Minggunya disebut Penyekeban,
-
Hari
Seninnya disebut Penyajan,
-
Hari
selasanya disebut hari Penampahan,
Di Bali, khususnya di
Denpasar, Galungan dirayakan dengan ditandai berbagai kesibukan bagi setiap
keluarga dengan menyiapkan Upakara dan Upacara yang tidak sedikit menghabiskan
biaya, namun semua dilaksanakan dengan ikhlas. Tidak sedikit semua sarana dan
prasarana telah siap 3 hari sebelum Galungan, seperti sesajen yang akan kita
persembahkan pada hari Suci ini, Sehari sebelum Galungan disebut dengan
Penampahan, Sesajen pada umumnya dipersiapkan oleh para
ibu-ibu yang dibantu oleh keluarga, bagi bapak-bapak dibantu oleh kakak
laki-laki mempersiapkan penyelenggaraan nampah atau mengolah daging menjadi
lawar yang akan kita nikmati bersama-sama keluarga dengan rasa bersyukur kehadirat Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, setelah semua selesai
menikmati, dilanjutkan dengan membuat penjor secara bersama-sama yang akan
dipasang atau ditancapkan didepan rumah sebelah kanan, dan dilengkapi dengan
sanggah cucuk untuk menghaturkan sesajen yang tujuan nya kita berterima kasih
pada alam semesta, dimana penjor dibuat dari bambu yang dihiasi dengan janur,
plawa, pala bungkah, pala gantung, Kelapa, Pisang, kiping, tebu, dan lekesan.
Senang tak terkira terasa hari seperti itu yang mana keasrian alam ditambah
dengan aneka ragam perhiasan penjor, menambah semarak dan bebunga-bunga hati
menyambut hari kemenangan ini, setelah semua dilakukan dengan seksama dan
berdasarkan hati yang tulus ikhlas, tak terasa
telah sampai pada hari yang kita
nanti-nantikan yaitu Galungan.
Pagi-pagi setelah kita
membersihkan diri dengan hati yang tenang dan senang bersama-sama dengan keluarga mengadakan persembahyangan untuk
memohon keselamatan, kesehatan dan panjang umur Kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Juga memohon kenyamanan dan keamanan bagi Bangsa dan Negara ini. Besoknya
atau setelah Galungan disebut hari Umanis Galungan, Pagi-pagi kita dan keluarga
sudah menyucikan diri dan natab banten penyasap galungan, dimana sesajen yang
telah kita haturkan dihari galungan itu kita pakai natab bersama, barulah kita
mengunjungi sanak keluarga ( Mesima karma ) dengan melakukan salaman minta maaf dan saling memaafkan diantara
semua yang kita kenal, sehingga tali kekeluargaan dan persahabatan terjalin
erat dan perasaan tiada terbebani oleh pemikiran yang tidak baik. ( Hilangkan
sifat yang tidak terpuji dan merajut hari-hari dengan berbuat kebaikan atas dasar
Dharma dan Agama ).
Sepuluh hari setelah
Galungan disebut Kuningan, yaitu jatuh pada Wuku Kuningan, tepatnya hari Sabtu
Kliwon, sehari sebelum kuningan, disebut hari penampahan Kuningan, tidak beda
dengan hari penampahan Galungan (Nampah Sarwa Wewalungan), Namun bedanya dihari penampahan ini
olah-olahan selain lawar kita wajib bikin Calon dan Ulam Tebog, Pada hari
Kuningan ini kita memanjatkan doa dan melakukan persembahyangan juga menghaturkan sesajen dengan
nasi tumpeng berwarna kuning, ditambah aras-arasan sayur urab dan ulam tebog
(Be Tebog), begitu juga untuk kelengkapan sarana upakara nya ditambah, Tamiang, Kompek Tulang lindung
menurut Desa Kala Patra.
Disaat merayakan hari –
hari itu tak terkira rasa senang menyelimuti hati dalam kebersamaan merayakan
hari kemenangan.
OM Santih, Santih, Santih OM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar